Motivasi saya menulis artikel ini adalah berawal dari perasaan haru yang tiba-tiba saat membaca pengantar dari mantan Menkes RI Amarhumah Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih untuk pengantar buku yang berjudul Berdamai dengan Kanker yang dikutip Presiden SBY saat upacara pemakaman beliau. Kutipan itu sering ditampilkan di program berita akhir-akhir ini.
Begini isinya :
"Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya.
"Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya.
Tetapi saya tidak bertanya, "Why me?" "Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan dua putera dan satu puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbhakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan."
"So .... Why not? Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru? Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. 'Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerah-Nya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan .... jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu."
Saya tidak bermaksud berbicara tentang kanker tetapi saya mencoba untuk mengganti kata kanker itu sendiri dengan apa-apa yang kita sebut sebagai musibah/bencana/ujian hidup. Coba ulangi kutipan di atas dengan menyesuaikan kalimatnya dengan permasalahan yang sedang kita hadapi. Kutipan yang saya bold adalah poin utamanya. Mengapa tidak kita menggali lebih dalam tentang karunia yang sudah kita dapatkan selama ini dan tidak hanya berpikir pada masalah yang kita hadapi. Sulit memang tetapi kita harus berusaha.
Akhirnya, saya sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Almarhumah Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih atas kalimat luar biasanya ini. Semoga segala amal ibadah beliau diterima oleh Allah Subhanahu Wata'ala.
Terima kasih.